Ketika Kista Tumbuh di Lidah


Oleh trubus-online Jumat, Mei 01, 2009
Mereka kembar identik. Nama pemberian orangtuanya juga mirip: Vani Fitriani dan Vina Fitriana. Selain wajah, mainan dan pakaian mereka juga sama. Namun, dalam hal makanan, Vani dan Vina berbeda. Sebab, Vina mengidap kista mukokel sehingga alergi makanan asin dan berpenyedap rasa.
Kista mukokel berupa benjolan seukuran biji kedelai itu akibat penyumbatan kelenjar liur. Harni-sang ibu-baru mengetahui alergi itu pada Agustus 2007 usai mengunjungi nenek di Garut, Jawa Barat. Saat itu suhu tubuh Vina meningkat hingga 40oC. Bocah itu juga batuk berkepanjangan.
Semula Harni menduga Vina terserang flu. Oleh karena itu ia memberikan obat flu yang dijual bebas di pasaran.
Demam dan batuk reda sehingga Harni tenang. Namun, sepekan berselang di lidah Vina muncul bintik-bintik putih. Mungkin sariawan, pikir Harni saat itu. Sebulan kemudian, usai menyantap telur dadar berpenyedap rasa, kelahiran 6 Desember 2001 itu merasakan gatal di bawah lidah. Keesokan hari gatal itu berubah menjadi benjolan sebesar biji kacang hijau, seklias mirip jerawat.
Tolak operasi
Harni tetap mengira benjolan di lidah Vina itu sebagai sariawan. Benjolan berwarna merah itu membesar setiap kali Vina mengkonsumsi makanan gurih dan asin. Jika tersentuh gigi, ia merasakan nyeri. Oleh karena itu Harni mendatangi dokter spesialis bedah. Usai memeriksa Vina, dokter mendiagnosis mukokel alias kista akibat penyumbatan kelenjar liur.
Pada Agustus 2007, Vina menjalani operasi pengangkatan mukokel yang biayanya Rp3-juta. Sayang, setahun kemudian bintik-bintik putih sebesar kedelai itu kembali muncul di bagian bawah lidah.
Kista mukokel disebabkan penyumbatan kelenjar ludah atau saliva. Kelenjar ludah yang terbesar terletak tepat di belakang sudut rahang, di depan telinga. 'Ludah yang berguna melindungi mulut dari pembusukan gigi, tak dapat mengalir akibat pengendapan kalsium,' kata drg Sayuti Hasibuan, ahli kedokteran gigi dari Universitas Sumatera Utara. Pada akhirnya kelenjar ludah membengkak.
Mengkonsumsi makanan asin dan berpenyedap rasa merangsang pengaliran ludah. Lantaran saluran pada kelenjar terhambat, saliva tak dapat dialirkan, sehingga benjolan lunak berwarna kebiruan kian membesar dan kaku. Untuk mengatasinya, dokter kembali menawarkan operasi. Namun, RA Syafrani-suami Harni-menolak lantaran Vina trauma memasuki kamar bedah.
Beruntung, tiga hari berselang kerabatnya, Nita, menyarankan agar Vina mengkonsumsi ekstrak teripang. Setiap hari Syafrani menyuapi Vina 3 sendok makan ekstrak teripang ditambah 9 tablet spirulina. Empat hari rutin menkonsumsi teripang-spirulina, benjolan mengecil. Dua bulan kemudian hanya bintik putih yang tersisa di lidah. Heran dengan perubahan itu, Syafrani memeriksakan kesehatan Vina. Hasilnya, kondisi siswa Taman Kanak-kanak itu prima. Ahli medis yang awalnya menyarankan operasi, takjub dengan perubahan Vina dan menyatakan tak perlu lagi operasi.
Filinopsida
Keampuhan teripang mengatasi kista disebabkan oleh kandungan antitumor. Tong Y dari Divisi Farmakologi, Institut Materia Medika Shanghai, China, menemukan senyawa filinopsida A. Fungsinya sebagai pencegah pembentukan pembuluh darah mikro baru atau angiogenesis pada sel tumor. Penyuntikan 2-10 mikroliter filinopsida A pada aorta tikus menyebabkan sel tumor tidak mendapat pasokan nutrisi sehingga tak dapat berkembang dan mati.
Kesembuhan Vina juga berkat kandungan antioksidan dalam spirulina. Antioksidan spirulina berupa pigmen klorofil. Klorofil sebagai antioksidan bersifat antikanker dan antiracun. Perpaduan ekstrak teripang dan spirulina menghindarkan Vina dari trauma kamar operasi. (Vina Fitriani/Peliput: Faiz Yajri)