Obat Alternatif Teripang Akhiri Derita Tumor Lambung

Tumor lambung itu dating dengan isyarat ruam-suam merah di permukaan kulit Retno Dewi Kurniati yang putih. Demam kemudian mengiringinya.
Ia menduga itu gejala cacar air . Namun 4 jam berselang, kerongkongan perempuan 41 tahun itu seperti tersumbat. Betapa sulitnya bernapas saat itu. Ia merasa maut menjemputnya sehinga dengan terbata-bata ia meminta maaf kepada suami.



Retno Dewi Kurniati
polip lambung luruh dengan gamat



Endoskopi
Semakin hari derita Retno kian bertambah. Selain sesak napas yang semakin kerap kambuh, perutnya juga membuncit. “Di kantor, banayk rekan yang menyangka saya hamil,” ujar Retno. Dua pekan kemudian, Danu membawa Retno ke salah seorang kerabatnya yang juga dokter spesialis penyakit dalam. Hasil diagnosis kerabatnya pun sama: Retno hanay menderita gastroartritis.
Karena tak ada gejala membaik, Retno mencoba prngobatan alternatif. Sambil mengkonsumsi obat dokter, ia juga mengasup herbal. Sayang, sebulan mengknsumsi herbal itu tak juga mengurangi derita Retno. Ia pun mencoba pengobatan alternatif berupa terapi aura. Hasilnya sama, tak ada perubahan berarti.
Retno kembali berkonsultasi dengan dokter klinik di tempatnya bekerja. Dokter menyarankan untuk menemui salah satu spesialis penyakit dalam lainnya di rumah sakit tempat ia memeriksakan dirinya pertama kali. Karena penasaran akhirnya Retno menuruti.



Hasil endoskopi Retno

Pada Mei 2005, Retno menemui dokter yang disarankan itu. Ia pun menceritakan keluhan dan aneka pengobatan yang tak kunjung menyembuhkan penyakitnya. Sang dokter akhirnya menyarankan dilakukan endoskopi. Setelah dibius, sebuah kamera mikro dimasukan ke mulut Retno. Secara perlahan kamera itu menyusuri kerongkongannya.
“Dibakar”
Ketika kamera mencapai lambung, dokter melihat kejanggalann. Pada dinding lambung terdapat beberapa benjolan. “Pada lambung istri anda terdapat polip,” kata Danu menirukan ucapan dokter. Menurut dr Arijanto Jonosewojo SpPD spesialis penyakit dalam RS DR Soetomo, surabaya, polip lambung semacam tumor. Seperti halnya tumor, polip merupakan perumbuhan sel sinsing lambung ( mucosa ) yang abnormal. Penyebabnya belum jelas. “Kemungkinan besar disebabkan faktor genetik,” katanya.
Polip menyebabkan produksi asam lambuk meningkat. Akibatnya, perut kembung. Dalam jangka waktu tertentu polip dapat berubah menjadi kanker. Oleh karena itu harus segera ditangani. Pada tahap awal, pasien diberi obat-obatan untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mematikan sel tumor.
Jika sudah membesar, polip harus “dibakar”. Itulah yang ditawarkan oleh dokter. Meski mulanya ngeri, akhirnya Retno menyanggupi. Pada Juni 2005, ia kembali menemui sang dokter. Setelah dibius, kamera mikro dan alat “pembakar” berupa batang elastis sebesar sapu lidi dimasukan ke lambung melalui mulut. Ujung alat berbahan logam yang dipanaskan. Kemudian ujung alat itu disentuhkan satu per satu pada benjolan di dinding lambung hingga luruh.



dr. Arijanto Jonosewojo SpPD

Operasi itu berjalan singkat hanya 15 menit. Setelah siuman Retno diperbolehkan pulang. Agar benar-benar sembuh Retno dibekali 3 obat berupa tablet dan 1 obat cair. Obat tablet dikonsmsi 3 kali sehari masing-masing 1 tablet; obat cair masing-masing 1 sendok makan. Selama penyembuhan, Retno mesti dispilin mengkonsumsi obat. Jika luput, terapi mesti dilakukan dari awal. Ia pun harus berpantang makanan yang menghasilkan gas saat dicerna lambung, seperti kubis, daun singkong, coklat dan keju.
Setiap 2 pekan Retno memeriksakan diri, tak terasa sudah 8 bulan ia menjalani proses penyembuhan. Selama itu pula ia harus mengkonsumsi obat-obatan kimia. Namun, kesembuhan tak juga menghampiri. “Buktinya saya harus minum obat terus. Berarti lambung saya belum sembuh,” katanya.
Pada maret 2006 ia membaca artikel Trubus yang memuat artikel tentang khasiat jel teripang untuk mengobati penyakit lambung. Karena berharap sembuh. Retno pun menghubungi salah satu agen dan memesan jeli teripang. Jeli gamat itu dikonsumsi 3 kali sehari masing-masing 1 sendok makan. Khawatir menimbulkan efek buruk. Retno berhenti mengkonsumsi obat dokter.



Teripang kaya senyawa aktif

Tiga hari mengkonsumsi jeli teripang. Kondisi tubuh Retno mulai membaik. “Badan saya lebih fit dan tidur lebih nyenyak”katanya. Keesokkan harinya Retno memeriksakan diri . Saat diperiksa dokter menyatakan kondisi lambungnya sudah membaik. Padahal, pada pemeriksaan sebelumnya tak ada komentar terucap dari sang dokter. Ia pun tak dianjurkan lagi untuk memeriksakan diri. Untuk berjaga-jaga, dokter hanya meresepkan satu jenis obat.
Antiangiogenesis
Kempuhan gamat mengusir tumor telah dibuktikan Tong Y, dkk dari devisi Pharmacology Antitumor, State Key laboratory of Drug Research, Shanghai Institute if Sciences, Shanghai, China. Tong mengisolasi saponin sulfat dari teripang Pentancta quandrangulari yang disebut philinopside A. Dengan menuyuntikkan 2-10 mikrometer philinopside A pada aorta tikus, sanggup mencegah pembentukkan pembuluh darah mikro baru (angiogenesis) pada sel tumor. Akibatnya, sel tumor tidak mendapat pasokan nutrisi sehingga sel urung berkembang dan akhirnya mati. Hasil itu membuktikan bahwa philinopside A pada teripang berpotensi sebagai antitumor.
Nun di Russia, Popov AM, periset Pacific Institute of Bioorganic Chemistry, Far East Division of the Russian Academy of Sciences, Vladivostok, Russia, juga meneliti khasiat teripang mengatasi tumor.
Ia membandingkan efek sitotoksik antara teripang dan gingseng. Pada pemberian 5-20 mikrogram ginsenosida-karbohidrat pada gingseng- tidak memberikan efek sitotoksik yang signifikan. Sedangkanglikosida dari teripang seperti echinosida A dan B, holothurin A dan B, holotoxin A1, dan curcumariosida G1, mempunyai aktivitas sitotoksik signifikan . Hal itu mengukuhkan khasiat teripang yang berpotensi anti tumor dan anti kanker .
Beragam senyawa aktif yang terkandung dalam teripang, itulah yang berperan mengatasi polip lambung alias tumor lambung. Dengan mengkonsumsi ekstrak teripang secara rutin, Retno Dewi Kurniati akhirnya sembuh dari derita polip lambung. (Imam Wiguna / Peliput: Vina Fitriani)
Sumber: Trubus 442 – September 2006/XXXVII